Minggu, 10 Juli 2011

artikel tentang pertambangan

Pertambangan


Pertambangan dan perminyakan jelas beda. Di kampus, keduanya dibedakan menjadi dua jurusan yang berlainan.
Teknik Pertambangan berkutat pada studi bahan mineral berbentuk padat.
Batubara, tembaga, emas, perak, uranium, pokoknya asal masih padat, masuk dalam wilayah pertambangan.
Sedang Teknik Perminyakan mencakup minyak bumi dan gas alias bahan tambang berbentuk non padat.

Kedua bidang ilmu ini dibedakan karena perbedaan karakteristik dari padat dan zat non padat itu sendiri.
Untuk mendapatkan emas, penambang mesti menggali permukaan bumi menuju tempat cadangan emas berada. Penggalian bisa dilakukan di permukaan (tambang terbuka) atau melalui terowongan (tambang bawah tanah).

Tanah yang digali tentu saja tidak semuanya bernilai atau merupakan bijih logam berharga. Bijih berharga mungkin saja terletak 40, 60, atau 100 m di bawah permukaan tanah. Tanah penutup diatas bijih perlu dikupas terlebih dahulu.

Itu sebab, dalam tambang dikenal nisbah kupas (stripping ratio) yang merupakan perbandingan antara berapa banyak tanah yang harus dikupas untuk mendapatkan mineral berharga.
Semakin besar nisbah kupas berarti diperlukan biaya yang lebih besar untuk mendapat suatu bahan mineral.

Nisbah kupas juga akan jadi penentu apa suatu tambang akan dibuat di permukaan atau di bawah tanah. Jika nilai nisbah terlalu besar, mungkin saja menerapkan metode tambang bawah tanah akan lebih menguntungkan.

Kupas-mengupas tidak akan dijumpai jika belajar Teknik Perminyakan. Minyak bumi dan gas, umumnya terperangkap dalam reservoir di bawah permukaan tanah yang bertekanan tinggi.

Jika reservoir tersebut di bor dan terhubung dengan permukaan, minyak dan gas akan dengan sendirinya menyembur keatas akibat perbedaan tekanan. Akhirnya, minyak bisa didapat tanpa harus menggali tanah, seperti layaknya orang menggali sumur untuk mendapat air.

Mencari minyak juga dapat dilakukan jauh di lepas pantai, lagi-lagi karena orang tidak perlu menggali tanah. Sedang mencari emas tidak mungkin dilakukan di tengah laut, jika tak ingin tenggelam.


Aspek Keselamatan Jalan Angkut Tambang

Sebelumnya, bibur sudah ngepost artikel Jalan Tambang.. yang belum baca klik aja di teks warna merah tadi gan..

kyaknya kurang lengkap yah, lo tanpa Aspek Keselamatan Jalan Angkut Tambang.. Demi mendukung slogan K3 "safety First".. hehehe..

langsung aja ya gan, nih ada sedikit materi yang berkaitan dengan yang ane ceritain tadi..

liat aja, baca juga boleh, sedot apa lagi.. sssrrrroootttt...




1. Jarak Pandang Aman

1.1 Jarak Pandang Henti



1.2 Jarak Pandang Lengkung Horizontal



1.3 Jarak pandang lengkung vertikal




Jalan Tambang

Pernah liat jalan tambang ga gan??? kalo belum, jalan2 gih ke "Sanggulan".. wekekekkee..
buat yang pernah ke sanggulan, pasti berkesan bgt tuh..

o, ya!! saia punya sedikit informasi tentang jalan tambang nih gan..
ni file ane dapet dari tmen kelas,.

moga dapat membantu..


cekidot aaja gan..



1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS



Lmin = n.Wt + (n+1)(½ Wt)

Bila lebar kendaraan (Wt) 1 satuan panjang, maka Lmin spt pada tabel berikut:


Bila lebar Cat773D = 5,076 m, maka untuk 2 lajur jalan:
Lmin = 2 (5,076) + (2+1)(½ x 5,076) = 17,77 ~ 18 m

2. Lebar Jalan Pada Tikungan

Penentuan lebar jalan pada tikungan (belokan) didasarkan pada:
-Lebar jejak ban
-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok
-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan
-Jarak dari kedua tepi jalan<


Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2

U = Lebar jejak roda (center to centertires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = clearance antar kendaraan, m

Contoh perhitungan Wmin pada tikungan:

Lebar jejak ban pada saat bermuatan = 0,70 m
Jarak antar pusat ban = 3,30 m
Saat belok lebar jejak ban depan = 0,80 m; lebar jejak ban belakang = 1,65 m
Jarak antar dua truck = 4,50 m


Z = (3,30+0,80+1,65)/2 = 2,875 m
Wmin = 2(3,3+0,8+1,65+2,875) + 4,5
= 21,75 m ~ 20 m


3. Jari-jari Tikungan



Perhitungan matematis berdasarkan kenampakan gambar diatas diperoleh jari-jari tikungan sbb:

Apabila: R= jari-jari belokan jalan, m W= jarak poros roda depan-belakang, m B= sudut simpangan roda depan,

maka:
Rumus sebelumnya tidak mempertimbangan kecepatan (V), gesekan roda (f), dan superelevasi (e). Bila dipertimbangkan, maka rumusnya menjadi:


Jari-jari tikungan minimum untuk e.max= 10%



4. Jenis-jenis Busur Lengkung Pada Tikungan


4.1 Lingkaran (Full Circle)


4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):





5. SUPERELEVASI

*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan
*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok



6. Kemiringan Jalan

*Kemiringan maksimum vs kecepatan



*Jarak miring kritis (meter)



7. CROSSSLOPE

Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan thd bidang horizontal



Cross slope sebaiknya 1/50 s.d 1/25 (20 mm/m s.d. 40 mm/m)

8. Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:
-perkerasan lentur (flexible pavement)
-perkerasan kaku (rigid pavement)
-perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)

Perkerasan jalan tersusun sbb:
-lapisan dasar (subgrade)
-lapisan fondasi bawah (subbase course)
-lapisan fondasi atas (base course)
-lapisan permukaan (surface course)

8.1 Lapisan Perkerasan

Susunan lapisan perkerasan lentur



Susunan lapisan perkerasan rigid



Karakteristik lapisan perkerasan lentur:

-elastis jika menerima beban, shg nyaman bagi pengguna jalan
-umumnya menggunakan bhn pengikat aspal
-seluruh lapisan ikut menanggung beban
-penyebaran tegangan diupayakan tdk merusak lapisan subgrade (dasar)
-bisa berusia 20 tahun dgn perawatan secara rutin.

Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan per-mukaannya terbuat dari plat beton (concrete slab). Penentuan tebal lapisan ditentukan oleh:

-kekuatan lap. Subgrade atau harga CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
-kekuatan beton yg digunakan utk lapisan perkerasan
-prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia layanan
-ketebalan dan kondisi lap fondasi bawah (sub-base) sgb penopang konstruksi, -lalulintas kendaraan, penurunan akibat air, dan perub volume lap tanah dasar (sub-grade)

Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap kendaraan yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di lab mektan) perlu diuji dan diketahui:
-kadar air
-kepadatan (compaction)
-perubahan kadar air selama usia pelayanan
-variabilitas tanah dasar
-ketebalan lap perkerasan total yg dpt diterima oleh lap lunak yang ada dibawahnya.

8.2 Lapisan Pondasi Bawah

-Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar
-untuk mengurangi tebal lapisan di atasnya krn material utk lapisan ini lebih murah dibanding dgn lapisan atasnya
-sebagai lapisan peresapan air tanah
-merupakan lapisan pertama yg hrs diselesaikan agar kualitas lapisan tanah dasar tetap terjaga
-mencegah partikel-pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan fondasi

8.3 Lapisan Pondasi Atas

-Bagian perkerasan utk menahan gaya melintang dari roda dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya
-sebagai lapisan peresapan air dari bawah
-sebagai bantalan bagi lapisan permukaan

8.4 lapisan Permukaan

-Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yg memp stabilitas tinggi selama umur layanan
-lapisan kedap air, shg air hujan dpt mengalir diatasnya dan tidak meresap kebawahnya serta tidak melemahkan lapisan tersebut
-sebagai lapis aus (wearing course), krn lapisan ini dapat mengikis ban shg gundul
-lapisan untuk menyebarkan beban ke lap bawah
.

Deformasi dan Pembentukan Gunung atau Pegunungan


Sebelum muncul Konsep/Teori Tektonik Lempeng dikenal Konsep Geosinklin, yang menyatakan bahwa; Pembentukan Pegunungan, Pedataran, Cekungan; diawali dengan pengendapan batuan sedimen pada suatu palung atau geosinklin. Pembebanan sedimen yang terus menerus membebani batuan yang dibawahnya mengakibatkan gaya pembebanan pada batuan sedimen yang telah ada dan terendapkan sebelumnya, sehingga batuan termampatkan dan terlipat-lipat. Batuan yang terletak paling bawah melebur menjadi magma.

Teori atau Konsep mengenai Dinamika pada kerak bumi sebagaimana telah dijelaskan terdahulu adalah Teori Tektonik Lempeng yang menyatahkan bahwa akibat dari pada zona tumbukan oleh sebab saling mendekatinya segmen-segmen lempeng, mengakibatkan terbentuknya zona subduksi atau jalur penunjaman, disertai terbentuk lipatan-lipatan, patahan-patahan, naiknya magma baik melalui proses erupsi gunungapi maupun dengan melalui celah retakan batuan membentuk batuan intrusive. Demikian pula pada zona pemekaran akibat pemisahan segmen-segmen lempeng kerak bumi yang berdekatan akan mengakibatkan terbentuknya punggung-punggung tengah samudra dan aktivitas gunungapi bawahlaut. Pada Tepi lempeng benua aktif yang saling bertumbukan atau konvergen yang membentuk penunjaman, menghasikan peleburan parsial daripada batuan menjadi magma, kedua lempeng kerak, selanjutnya menyebabkan terbentuknya jalur busur volkanis aktif. Magma yang terbentuk didalam perut bumi perlahan-lahan akan bergerak ke atas dan membentuk tubuh batuan intrusif (antara lain batholite) dekat permukaan.
Akibat lain daripada gerak / dinamika tektonik diatas, pada bagian lain terutama daerah yang berdekatan zona tepi interaksi antar masing-masing lempeng kerak berada dibawah gaya dan tekanan yang selanjutnya akan mengakibatkan perubahan sifat fisik batuan penyusun lempeng kerak bumi yang kemudian disebut sebagai deformasi batuan. Apabila tekanan melampaui batas dari daya tahan batuan makan batuan akan membentuk Patahan dan apabila batuan pada kondisi fisik tertentu mampu untuk mempertahankan daya elastisitasnya namun berubah karena tekanan maka batuan akan mengalami Perlipatan, sehingga gejala dinamika sebagaimana diterangkan menyebabkan, terbetuknya Gunung api, Pegunungan Blok (Pegunungan Patahan), Pegunungan Lipatan.
gunung_api
Gambar : Proses Pembentukan Pegunungan pada lempeng kerak bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar